Microsoft baru saja melakukan “reset strategis” yang signifikan dengan menggabungkan tiga fungsi utamanya (penjualan, pemasaran, dan operasi) ke dalam satu organisasi terpadu. Langkah restrukturisasi ini dilakukan di tengah gempuran revolusi AI yang disebut CEO Satya Nadella sebagai “tectonic AI platform shift”, yang menuntut perubahan cara kerja perusahaan. Nadella menekankan bahwa kesuksesan Microsoft ke depan bergantung pada kemampuan membantu pelanggan memadukan human capital dengan kapabilitas AI, sehingga Microsoft menjadi “partner of choice” atau mitra utama dalam transformasi AI. Di bawah kepemimpinan Nadella sejak 2014, Microsoft telah berulang kali menekankan pentingnya kolaborasi lintas divisi dan menghindari silo (sekat-sekat organisasi).
Kali ini urgensi perubahan semakin tinggi. Transformasi digital yang dipacu AI menciptakan peluang besar, namun juga persaingan sengit. Para raksasa teknologi seperti Amazon dan Google, bahkan mitra Microsoft sendiri yaitu OpenAI, berlomba-lomba memimpin gelombang inovasi AI. Microsoft harus bergerak cepat agar tidak tertinggal.
Selain itu, perusahaan baru saja melewati periode penuh tantangan, mulai dari krisis keamanan siber hingga PHK karyawan di tengah investasi besar-besaran pada infrastruktur AI. Kombinasi faktor eksternal dan internal inilah yang mendorong Nadella untuk melakukan reset strategi dan struktur Microsoft secara menyeluruh.
